Selasa, 30 April 2024

Seruan dari Jakarta untuk Gaza dan Tel Aviv

- Selasa, 10 Oktober 2023 | 13:38 WIB
VIRDIKA RIZKY UTAMA
VIRDIKA RIZKY UTAMA

 

GEJOLAK terbaru antara Palestina dan Israel merupakan hal yang menyakitkan dari konflik yang tak berkesudahan. Lonjakan kekerasan terbaru antara Israel dan Hamas, ditandai oleh serangan besar-besaran dari militan Palestina, yang paling mematikan dalam beberapa dekade, menggarisbawahi sifat siklus agresi ini. Saat dampak konflik terus berlangsung, kita dipaksa bertanya: apa yang mendorong siklus tanpa henti ini dan apakah resolusi yang adil dapat dicapai?

Pernyataan terbaru dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia memberikan pencerahan mengenai inti masalah yang terjadi, dengan menekankan okupasi Israel terhadap wilayah Palestina sebagai akar konflik. Meskipun klaim itu bukanlah hal baru, penekanannya yang berulang-ulang sepanjang tahun menunjukkan bahwa itulah masalah yang belum terselesaikan, yang tidak terpengaruh oleh pembicaraan damai atau perjanjian.

Konflik ini berlangsung sangat lama dan memiliki perspektif yang beragam. Dari sudut pandang Israel, serangan terbaru dari Hamas dilihat sebagai tindakan permusuhan yang tidak diprovokasi, yang memberikan dampak besar kepada warga Israel. Kondemnasi perdana menteri Israel terhadap ”perang kejam dan jahat” yang dimulai oleh Hamas mendukung perspektif ini.

Baca Juga: Diserbu Netizen Satu Indonesia, Presiden Joko Widodo Diminta Buka Kasus Kopi Sianida di Penghujung Jabatannya

Sebaliknya, Palestina melihat tindakan-tindakan ini sebagai bentuk perlawanan terhadap eskalasi serangan Israel. Dalam konteks yang lebih luas sejak 2007, Gaza dengan populasi 2,3 juta jiwa, berada di bawah kepungan, terus-menerus menghadapi kekurangan pasokan esensial dan sumber daya medis. Wilayah tersebut telah menjadi saksi dari banyak bentrokan, ketidakstabilan internal terbaru di Israel, bahkan episode-episode intensif dari intifadah Palestina.

Secara historis, dalam pandangan global, terutama dari Barat, telah condong ke arah Israel. Komentar terbaru Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menekankan bahwa menjadi hak Israel untuk membela diri. Namun, apakah dukungan yang begitu kuat untuk satu pihak secara tidak sengaja mengabaikan keluhan berkepanjangan dari pihak lain?

Sejak kemerdekaannya, Indonesia telah konsisten mendukung Palestina dan memberikan pandangan alternatif dalam isu ini. Dukungan tersebut bukan hanya soal pertarungan wilayah, tapi juga mendorong keadilan, hak asasi manusia, dan pengakuan atas kedaulatan sebuah bangsa. Sementara itu, dinamika politik di Israel dan hubungan baru dengan Arab Saudi menambah kerumitan situasi, meski keinginan Palestina untuk berdaulat tetap menjadi prioritas. Namun, dengan konflik yang terus berlangsung dan tekanan politik yang meningkat, mewujudkan aspirasi tersebut semakin menantang.

Merefleksikan konflik yang berlarut-larut ini memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang menggelisahkan: apakah komunitas global benar-benar menangani akar penyebab perselisihan ini? Apakah aliansi politik membuat kita buta terhadap tragedi manusia yang sedang berlangsung? Dan dapatkah kita membayangkan Timur Tengah di mana pemuda dari Gaza dan Tel Aviv tidur tanpa takut serangan misil tiba-tiba?

Baca Juga: Bedu Akhirnya Buka Suara Usai Dikabarkan Terlilit Utang Pinjol hingga Jual Rumah Mewah

Mengarungi sengketa yang berkepanjangan ini memerlukan pemahaman mendalam tentang lanskap geopolitik yang lebih besar. Dengan jaringannya yang rumit dari aliansi, persaingan, dan sisa-sisa sejarah, Timur Tengah sering kali menjadi teater bagi kekuatan global yang mencari dominasi. Di tengah permainan geopolitik ini, kehidupan sehari-hari warga Palestina dan Israel penuh derita. Kisah, aspirasi, dan impian mereka sering kali hilang di tengah kehancuran atau tersaingi oleh retorika politik.

Komitmen Indonesia yang tak tergoyahkan terhadap Palestina melampaui politik –ini mewujudkan idealisme keadilan, hak asasi manusia, dan penentuan nasib sendiri. Berasal dari empati dan pemahaman tentang dampak kolonisasi yang berkepanjangan dan semangat untuk meraih kemerdekaan, sikap Indonesia harus mengilhami negara-negara lain untuk memprioritaskan kemanusiaan daripada kemudahan politik.

Konfrontasi terbaru ini memiliki kemiripan yang menyeramkan dengan tragedi masa lalu. Jalanan Sderot yang penuh dengan korban sipil. Adegan-adegan menyayat hati dari Gaza, rumah sakit yang sudah berada di bawah tekanan blokade itu harus berjuang dengan meningkatnya korban.

Namun, harapan tetaplah ada. Lelah dengan konflik yang tak berkesudahan, warga biasa dari kedua pihak mencari rekonsiliasi dan pemahaman serta berharap untuk masa depan di mana Palestina dan Israel bisa hidup dalam harmoni. Meskipun suara-suara ini sering kali tenggelam oleh narasi yang agresif, mereka tetap menjadi tanda harapan sejati di wilayah ini.

Halaman:

Editor: Dhimas Ginanjar

Tags

Artikel Terkait

Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.

Terkini

Pemenang Pemilu 2024 Adalah Plutokrasi

Rabu, 24 April 2024 | 11:21 WIB

Hadirnya Oposisi Menjaga Keutuhan Negeri

Rabu, 24 April 2024 | 11:09 WIB

Tolak All-Male Panel, Perjuangkan Pakar Puan

Senin, 22 April 2024 | 13:03 WIB

Melindungi Konsumen, Memberantas Rokok Ilegal

Senin, 22 April 2024 | 12:52 WIB

Waspada Politik Kartel

Senin, 22 April 2024 | 12:47 WIB

Kembalikan Demokrasi pada Fitrahnya!

Senin, 22 April 2024 | 12:41 WIB

Idul Fitri dan Moralitas Bernegara

Senin, 22 April 2024 | 12:35 WIB

Lengah Picu Dampak Buruk DBD

Senin, 22 April 2024 | 12:32 WIB

Koruptor Tambang Adalah Teroris Ekologis

Jumat, 5 April 2024 | 10:43 WIB

Berpikir (Tidak) Merdeka di Kurikulum Merdeka

Kamis, 4 April 2024 | 11:39 WIB

Gencatan Senjata Gaza: Repetisi Afsel?

Kamis, 4 April 2024 | 11:33 WIB

Sengketa Pilpres Menggoyang Rupiah

Kamis, 4 April 2024 | 11:21 WIB

Meneguhkan Legasi Mahkamah Konstitusi

Kamis, 4 April 2024 | 11:11 WIB

Siaran Ramadan Perlu Ramah Lingkungan

Jumat, 29 Maret 2024 | 10:47 WIB

Pisau Bermata Dua Pelaksanaan Magang Kerja

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:32 WIB

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketahanan Pangan

Kamis, 28 Maret 2024 | 07:38 WIB

‘Bersahabat’ dengan Gempa Bumi

Rabu, 27 Maret 2024 | 15:09 WIB